JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Presiden Jokowi Diminta Rombak Seluruh Jajaran BMKG  Karena Ini

Ilustrasi ombak besar (tsunami)
   
Ilustrasi tsunami

JOGJA – Tsunami selat Sunda yang mengakibatkan ratusan korban meninggal, luka-luka  dan kerusakan infrastruktur masih belum tuntas.

Bahkan di tingkat regulasi, BNPB mendapatkan kritikan keras. Salah satu dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Bagas Pujilaksono Widyakanigara bahkan meminta presiden Joko Widodo  merombak jajaran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dari atas hingga bawah.

Pwrmintaan itu disampaikan melalui surat terbuka. Menurut dia, BMKG banyak melakukan kesalahan dalam menganalisis bencana.

Kepala BMKG, kata dia, juga selalu mengkambinghitamkan tidak ada peralatan deteksi dini dan gempa karena aktivitas vulkanik gunung api itu ranah Badan Geologi.

“Saya mengkritisi secara objektif, insya Allah ilmiah. Tidak ada masalah pribadi,” kata Bagas, Kamis (17/12/2018).

Dalam surat terbuka yang disebar luas di jejaring media sosial itu, Bagas menuliskan soal duka Selat Sunda. Ia mengucapkan bela sungkawa atas musibah yang menelan banyak banyak korban jiwa dan luka-luka.

Ia menegaskan, kritik yang disampaikannya ini bukan bermaksud menyalahkan siapa pun. Namun, menurut dia, bencana Selat Sunda merupakan bentuk kegagalan BMKG dalam memberikan early warning kepada masyarakat.

Baca Juga :  Lebaran Sudah Lewat, Tapi Masih Ada Perusahaan di DIY Belum Bayar THR

Akibatnya, jatuh banyak korban. Hal ini, kata dia, tak harus terjadi jika kinerja BMKG sesuai tugas pokok dan fungsinya.

“Ini kegagalan BMKG untuk kedua kalinya pasca-tsunami Palu,” kata Bagas dalam surat itu.

Pernyataan pimpinan BMKG, terutama kepala lembaga itu, menurut dia, juga blunder, ragu-ragu, asal bunyi, dan tidak konsisten. Semua itu, dia menambahkan, gambaran riil atas ketidakmampuan mereka memahami masalah dan sama sekali tidak ada tanggung jawab profesi sebagai pejabat publik.

Ia menilai para pimpinan BMKG justru sibuk ngoceh di televisi bak aktor/aktris sinetron. Ocehannya pasca-bencana juga hanya menimbulkan blunder.

“Untuk apa? Bukannya sudah gagal total? Gagal memberi early warning ke rakyat agar mereka bisa menyelamatkan diri sehingga tidak jatuh korban begitu banyak,” tulis dia.

Lebih lanjut, Bagas juga menganggap BMKG tidak mampu menghitung tinggi gelombang tsunami yang mengarah ke Pandeglang. BMKG menyebut tinggi gelombang 0,9 meter, sedangkan nelayan mengatakan 12 meter.

“Jujur, saya tidak percaya dengan ketinggian gelombang tsunami 0,9 meter berdasarkan energi kinetiknya yang berimplikasi pada tingkat kerusakan,” dia menjelaskan.

Baca Juga :  Korsleting Saluran Freon AC, Bus PO Haryanto Ludes Terbakar, 10 Penumpang Selamat

BMKG, kata Bagas, juga menyatakan tsunami yang menerjang Selat Sunda terjadi karena longsoran di bawah laut. Sementara, saksi mata melihat kaldera Gunung Anak Krakatau pecah. Ia menganggap pernyataan saksi itu lebih logis.

Menurut dia, BMKG selalu bekerja dengan nalar terlambat. Sekarang, setelah kejadian, mereka sibuk bicara erupsi Gunung Anak Krakatau, longsoran, dan tsunami susulan.

“Mengapa hal ini tidak dibahas sebelum tsunami kemarin terjadi,” ujarnya.

Bagas juga menyinggung soal peringatan yang pernah disampaikan Megawati Soekarnoputri terkait bahaya Gunung Anak Krakatau agar semua waspada.

Ia menilai kinerja pimpinan BMKG seperti ini jelas akan menjatuhkan wibawa pemerintah dan menimbulkan ketidakpercayaan di masyarakat.

“Lebih-lebih ini tahun politik, statement-statement blunder dari BMKG berpontensi digoreng oleh politikus-politikus kambing congek untuk mengacau rakyat dengan menyebar hoax yang sangat biadab,” kata dia.

Karena itu, ia mengusulkan kepada Presiden Jokowi merombak jajaran BMKG dari kepala hingga ekornya agar ke depan kinerja lembaga tersebut lebih bermutu, terutama dalam memberikan pelayanan peringatan dini.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com