SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Nasib tragis dialami seorang bocah di Desa Kedawung, Kecamatan Kedawung, Sragen. Bocah berusia 6 tahun asal Dukuh Ngabean itu meninggal akibat terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Bocah laki-laki itu mengembuskan nafas terakhirnya setelah enam hari menjalani perawatan di klinik dan Puskesmas setempat.
keterlambatan respon orangtua untuk menindaklanjuti saran dokter membawa ke rumah sakit, membuat nyawa bocah bertubuh tambun itu akhirnya tak terselamatkan.
“Iya ada satu kasus DBD meninggal dunia. Kejadiannya belum lama ini di Desa Kedawung Kecamatan Kedawung. Umurnya sekitar 6 tahun mau jalan 7 tahun,” papar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (6/4/2021).
Ia menguraikan almarhum memang diketahui mengalami obesitas atau badannya gemuk. Kronologinya, awalnya bocah itu mengalami demam tinggi.
Oleh orangtuanya, ia kemudian dibelikan obat penurun panas di apotek. Karena tak kunjung mereda, korban kemudian dibawa periksa ke bidan setempat.
Dari bidan, korban lantas dibawa ke Puskesmas sekaligus dilakukan cek lab. Sempat disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit, orangtua justru membawanya pulang ke rumah.
“Sebenarnya dari Puskesmas sudah menyarankan dibawa ke rumah sakit. Tapi karena kondisinya sudah agak turun demamnya, orangtua mengira sudah sembuh sehingga meminta pulang atas permintaan sendiri (APS),” terang petugas Bidang P2PL DKK, MM Sumiyati.
Sumiyati menguraikan sesampai di rumah, ternyata demam korban naik lagi. Kemudian oleh orangtuanya kembali dibawa ke klinik.
Sempat mendapat infus dan kondisi membaik, orangtua kembali meminta agar diperbolehkan pulang meskipun belum sepenuhnya sembuh.
“Sempat dapat infus lalu makan minumnya baik dan minta lepas infus. Dikiranya sudah sembuh sehingga oleh orangtuanya minta nekat dibawa pulang. Padahal saran dokter agar dibawa ke rumah sakit. Tapi nggak ditindaklanjuti,” ujarnya.
Setelah kondisi panasnya kembali naik, orangtua panik dan baru membawa korban ke rumah sakit. Namun baru sehari dirawat, kondisi bocah malang itu makin drop sebelum kemudian meninggal dunia.
“Baru sehari dibawa ke rumah sakit langsung meninggal. Jadi dari gejala awal sampai meninggal jarak enam hari,” lanjutnya.
Sumiyati menambahkan dari kasus itu, pihaknya langsung melakukan penyelidikan epidemiologi dan mengecek kondisi rumah serta lingkungan sekitar korban.
Hasilnya kondisi rumah dinilai bersih, pun dengan lingkungan sekitar juga bersih. Lokasi rumah korban dekat dengan alas karet atau perkebunan karet.
“Kemudian sekolah juga masih libur. Jadi dimungkinkan karena obesitasnya itu sehingga dia mencari venanya agak sulit ketika kondisinya drop. Tapi hasil pengecekan di sekitar tidak ada tambahan kasus baru setelahnya,” tandasnya.
Sementara terkait kasus itu, Kepala DKK Hargiyanto mengimbau masyarakat untuk kembali menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak dan menyeluruh.
Sebab PSN menjadi kunci utama penangkal wabah DBD dan nyamuk Aides Aygepti di tengah kondisi musim penghujan yang rawan DB saat ini. Wardoyo