BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah upaya gencarnya vaksin booster di Boyolali, ternyata sebanyak 7.700 dosis vaksin telah memasuki Expired Date (ED) alias kedaluwarsa.
Tanggal kedaluwarsanya adalah pada akhir Februari lalu.
“Betul, vaksin-vaksin tersebut telah ditarik kembali dan kini tersimpan di gudang penyimpanan vaksin milik Dinkes Boyolali,” ujar Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti pada Minggu (13/3/2022).
Dijelaskan, ke-7.700 dosis vaksin booster kedaluwarsa tersebut terdiri dari vaksin milik TNI sekitar 2.000 vaksin dan milik Dinkes sekitar 5.700 dosis.
Namun, vaksin-vaksin tersebut tetap disimpan di gudang penyimpanan dengan suhu ruangan minus 2 derajat celcius.
“Berdasarkan kemasan, vaksin sudah memasuki ED pada 28 Februari lalu. Kami masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari Kemenkes.”
Disinggung mengenai banyaknya vaksin booster tersisa dan menjadi kedaluwarsa, lantaran Dinkes kesulitan menyalurkan vaksin.
Pasalnya, peminat vaksin booster tidak seperti saat awal vaksin dulu.
“Ditambah lagi, sasaran awal vaksin booster adalah lanjut usia. Namun, minat lansia untuk booster justru rendah. Mereka menganggap tidak ke mana-mana dan kondisinya sehat.”
Namun demikian, pihaknya tetap berkoordinasi dengan pemerintah desa (Pemdes) dan ada beberapa inovasi yang dilakukan puskesmas.
Inovasi-inovasi ini untuk merayu para lansia agar mau vaksin booster.
Ditambahkan, saat ini Dinkes Boyolali kembali mendapat jatah 16.000 dosis jenis astra zeneca (AZ). Vaksin tersebut khusus untuk booster.
Untuk itu, pihaknya meminta Puskesmas agar melakukan pendataan sasaran vaksin booster.
“Saya tidak mau ada ED vaksin lagi, jadi sesuai data Puskesmas dan permintaan yang kita kirim. Untuk droping vaksin tersebut masa ED kemasannya akhir bulan ini.”
Di sisi lain, vaksinasi anak usia 6-11 tahun telah tercapai 105 persen untuk dosis pertama. Serta 101 persen untuk dosis kedua.
Sasaran vaksin diperkirakan terus bertambah, seiring dengan bertambahnya anak yang memasuki usia 6 tahun.
Sedangkan capaian vaksinasi dosis pertama berdasarkan fasilitas kesehatan (Faskes) mencapai 93,83 persen.
Untuk dosis kedua mencapai 86,6 persen. Sehingga masih ada kesenjangan 7 persen dari vaksin dosis pertama dan kedua.
“Sehingga penyisiran untuk penerima vaksin dosis kedua terus dilakukan.” Waskita