SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM โ Komunitas Pasar Kumandhang akan menggelar acara Ruwatan di Kaki Merapi 2025 pada Minggu Pahing, 9 Februari 2025, bertempat di Pasar Kumandhang, Lojajar, Tempel, Sleman.
Prosesi ruwatan akan dimulai pukul 13.00 WIB, diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari berbagai daerah, termasuk Bekasi, Magelang, Kalimantan, serta wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Dalang ruwatan yang akan memimpin prosesi ini adalah Ki Suwanda. Selain mengikuti prosesi ruwatan, para peserta juga akan turut serta dalam aksi penanaman pohon di area Pasar Kumandhang. Acara ini akan dimeriahkan oleh Gejog Lesung Kidung Giri Budaya dari Ngemplak, Sleman.
Manajer Program Pasar Kumandhang, Tomon Haryowirosobo, pada Kamis (6/2/2025) menjelaskan bahwa upacara adat tradisi Ruwatan di Kaki Merapi 2025 ini bertujuan untuk menandai dibukanya Pasar Kumandhang, yang diinisiasi oleh Tomon bersama akademisi UGM yang tergabung dalam Komunitas Seni Kehutanan (KSK) UGM serta kalangan seniman perupa dan sastra.
Selain itu, pembukaan Pasar Kumandhang dengan tagline Pasar Senine Wong Sleman merupakan bagian dari upaya konkret untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional sebagai tempat transaksi, interaksi, dan komunikasi antara penjual dan pembeli, yang merupakan bagian penting dari masyarakat.
“Selama ini, pasar tradisional kurang mendapatkan perhatian dan seakan kehilangan โruhโ-nya sebagai tempat bertransaksi, yang sering disebut โpasar kurang kumandhangeโ.
Oleh karena itu, kami berinisiatif merintis Pasar Kumandhang untuk menghidupkan kembali spirit dan ruh pasar,” ujar Tomon, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini berawal dari ide untuk membangun pasar yang lebih bersemangat dan mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa dalam transaksi.
Dengan program rintisan ruwatan, yang secara kultural bertujuan untuk membebaskan diri dari roh jahat dan anasir negatif, Pasar Kumandhang berharap dapat menjadi simbol kebangkitan pasar tradisional.
Untuk menjadi peserta ruwatan, meskipun dikenakan biaya Rp 300.000 per orang dan Rp 100.000 untuk pendamping, biaya ini bukan untuk kepentingan komersial. Sebaliknya, mereka mengedepankan semangat gotong royong. Biaya tersebut dialokasikan untuk kebutuhan sewa kursi, tenda, konsumsi, atribut ruwatan, dan honorarium dalang. Suhamdani
ย