JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Tak Hanya Diteror, Siswi SMAN 1 Gemolong Sragen Yang Tak Pakai Jilbab Juga Diancam. Begini Ancamannya!

Tangkapan layar salah satu pesan spaming bernada ancaman yang diterima siswi SMAN 1 Gemolong gara-gara tak pakai jilbab. Foto/Wardoyo
   
Tangkapan layar salah satu pesan spaming bernada ancaman yang diterima siswi SMAN 1 Gemolong gara-gara tak pakai jilbab. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM   Kasus dugaan intoleransi yang dialami seorang siswi SMAN 1 Gemolong gara-gara tak pakai jilbab, ternyata tak hanya sebatas diteror saja.

Akan tetapi, siswi kelas X berinisial Z itu juga sempat menerima ancaman lewat pesan-pesan spam.

“Ada ancaman juga. Seperti salah satu pesan yang bunyinya ingat jangan bawa masalah ini ke sekolah. Dan kalimatnya itu di-bold (ditebalkan). Lha, anak saya ini di sekolah kalau gak dibawa ke sekolah mau dibawa ke siapa, saya jadi heran. Karena nggak tahan, sama anak saya diblog tapi semua pesan sudah saya suruh screenshoot semua,” papar orangtua Z, Agung Purnomo (46) kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (7/1/2020).

Agung mengaku terpaksa angkat bicara karena teror yang dikirimkan oleh Rohis sekolah itu sebenarnya sudah berlangsung lama.

Saat diklarifikasi ke sekolah, di hadapan Kepsek, pihak Rohis juga mengakui bahwa pesan-pesan spaming bernada intimidasi dan teror itu memang dikirim oleh mereka.

Baca Juga :  Paguyuban Sahabat Dangkel Bagikan Paket Sembako di Bulan Ramadhan 1445 H Untuk Masyarakat Miskin dan Kurang Mampu Hingga Anak Yatim di Sragen, Kades Purwosuman: Paguyuban Yang Kompak dan Solid Membantu Warga

“Kami melihat ini sudah bahaya. Mereka anak-anak sudah memakai teknologi bisa mengirim pesan spam yang tidak ada pengirimnya. Saya kemarin sempat mengingatkan juga, ini sebenarnya bisa melanggar UU ITE lho ya. Tapi ya sudah lah, saya juga alumni situ, saya masyarakat juga. Saya hanya berharap ini jadi perhatian semua, kita pinya kewajiban membina adik-adik dan anak-anak kita. Saya berharap dukungan sekolah agar hal-hal ini bisa diperhatikan,” terangnya.

Agung mengaku memberanikan diri mendatangi sekolah karena sudah prihatin keluh kesah putrinya yang terus menerus mendapat teror dari kelompok rohani islam (Rohis) sekolah setempat karena tidak mengenakan jilbab.

Terpisah, Kepala Cabang Disdikbud Wilayah Jateng VI, Eris Yunianto mengaku sudah menerima laporan itu dan bahkan juga hadir di pertemuan klarifikasi di SMAN 1 Gemolong dengan orangtua siswa, Rohis dan pihak sekolah.

Baca Juga :  Viral Dexlite Abal-abal di Sragen Ternyata Dialami Juga oleh Anggota DPRD Tulungagung, Mobilnya Langsung Ndongkrok di Bengkel 3 Hari

Ia menegaskan secara prinsip, tidak dibenarkan memaksakan seseorang untuk ikut memakai jilbab di sekolah. Menurutnya, hal itu adalah hak asasi yang dilindungi.

“Siapapun punya hak yang sama. Setiap anak punya hak yang sama. Untuk satu hal itu (keyakinan) kan pilihan hidup masing-masing. Toleransi itu nomor satu yang harus dikedepankan,” paparnya dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM .

Eris mengatakan saat ini kasus itu masih ditangani di level internal sekolah. Ia mengaku sudah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait baik sekolah, orangtua siswi, maupun rohis.

“Ini masih dalam tataran pembinaan.  Makanya saya klarifikasi lebih lanjut, kita akan lihat lebih lanjut teknisnya kegiatan pembinaan di situ seperti apa, apa yang harus kita benahi. Kemarin kami juga sudah diskusi itu termasuk dengan orangtua siswa. Nanti kita review kembali SOP-nya untuk kegiatan pembinaan siswa seperti apa,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com