JOGLOSEMARNEWS.COM KOLOM

BANYAK SEMUT RANGRANG DI PSSI, KARYAWAN LUPA DIGAJI

Ilustrasi PSSI. Foto: dok FB Cocomeo Cacamarica
   
Foto: dok FB Cocomeo Cacamarica
Oleh :                    Erwiyantoro “Mbah Cocomeo”
(Wartawan Senior)

 

Baru Senin pagi, mBah Coco sudah diberi informasi yang sangat treyuh, dan Iwan Bule, sebagai orang nomor satu di PSSI, tidak peduli dengan kondisi di dalam organisasi. Iwan Bule, terkesan hanya ingin kokoh tetap duduk di PSSI, untuk mempertahankan kedudukan, yang aslinya tidak dikuasi oleh mantan bintang tiga polisi ini.

Ternyata, sampai tulisan ini diluncurkan, Badan Yudisial PSSI, sampai hari ini, mereka-mereka tidak punya salinan pengangkatan dan belum menerima surat keputusannya (SK). Padahal, sejak awal, mereka-mereka ini, sudah diberi anggaran intensif per bulan, sejak Pebruari 2020, masing-masing sebesar Rp 10 juta. Namun, sejak Maret, April, Mei dan THR, tidak lagi digubris Iwan Bule.

Iwan Bule, benar-benar sontoloyo. Sampai hari ini, hanya terkesan mencari kekuasaan, dengan berbagai cara. Sehingga, terkesan, semua gerak-gerik dan keputusan yang diambil, nyaris 100% semua melanggar Statuta PSSI. Pertanyaannya, apakah semua anggota EXCO PSSI, sengaja melakukan pembiaran? Atau, menunggu Iwan Bule nabrak-nabrak dengan kekuasaanya, dan dengan mudah dibuang jauh-jauh dari PSSI, lewat Kongres KLB PSSI secepatnya?.

Dari catatan mBah Coco, struktur organisasi Badan Yudisial, adalah : Komisi Disiplin : Erwin Tobing (ketua), Eko Hendro (wakil), Kairul Anwar, Umar Husein, Aji Ridwan Mas (anggota). Komite Banding : Triana Dewi Seroja (ketua), Issac Marcus (wakil), I Gede Pasek Wijaya (anggota). Komite Etik : Bambang Usadi (ketua), Markoni (wakil), Ali Murkantono. Sedangkan, EXCO PSSI yang membawahi Badan Yudisial (BY) ini, Sonhaji dan Hasani Abdulgani.

Iwan Bule, nggak pernah mengenal satu persatu para anggota BY, bahwa sosok Ali Mukartono itu, jabatnnya Jampidsus Kejagung. Markoni Mayjen TNI masih aktif di Mabes TNI, sedangkan Issac Markus itu, Mayjen TNI Staf ahli Menkopolhukam. Mereka itu, punya posisi yang sangat strategis, untuk membantu Iwan Bule.

Dari pengamatan mBah Coco, orang-orang yang doyan kerja dan jujur. Bahkan, rata-rata mereka orang profesional, yang tidak cari kerja. Mereka rata-rata, punya gawean yang mentereng. Mereka rata-rata punya integritas sebagai seorang yang ahli dibidangnya. Namun, sampai hari ini, hanya sebatas etalase dan pajangan.

Tercatat, dua mantan pemain, yang dijamannya sangat mumpuni. I Made Pasek, adalah bek kanan tim nasional. Sejak menjadi pelajar Ragunan, sudah menjadi skuad inti, saat PSSI Pelajar, juara Asia 1983 dan 1984. Sedangkan, Aji Ridwan Mas, itu adalah kapten tim nasional PSSI Garuda I. Mereka, juga lama, sebagai karyawan, sehingga paham dunia organisasi.

Hanya satu, yang benar-benar orangnya Iwan Bule, yaitu Bambang Usadi, yaitu Brigjen Pol (Purn), sebagai Ketua Komite Etik. Dari pengamatan mBah Coco, sudah jelas-jelas di depan mata semua anggota organsisasi PSSI, bahwa Iwan Bule itu melanggar Statuta PSSI, dan otomatis melanggar Etika berorganisasi. Dan, tidak memperjuangkan nasib gaji anggota BY. Bisa-bisanya, Bambang Usadi bergeming. Pantesan, lha anak buahnya Iwan Bule, mana berani melawan seniornya?.

Bayangan, mBah Coco, mereka-mereka yang duduk di BY itu, manusia-manusia cerdas, berpendidikan, punya integritas. Harusnya, wajib dimanfaatkan Iwan Bule, untuk membersihkan “Tikus Got” dan “Bandit Kelas Teri”. Bahkan, semuanya adalah orang-orang yang ada di wilayah kekuasaan Jokowi. Justru diabaikan dan disia-siakan, Nyatanya, sudah tiga (3) bulan, orang-orang cerdas dan berintegritas dan profesional ini, nggak digaji.

Apa PSSI nggak punya anggaran? Kemana duit hukuman dari Komisi Disiplin, sebesar Rp 13,5 miliar dari Liga 1 dan 2 Indonesia 2019?. Ke mana jatah premannya PSSI saat deal dengan Mola TV, sebesar Rp 8 miliar musim 2019?. Ke mana duit hutang kepada Mola TV sebesar Rp 100 miliar, musim 2019 lalu?. Ke mana dana donasi Rp 7 miliar dari FIFA untuk membantu pandemi Covid-19?.

Ada celoteh dari penggila bola di Tanah Air, sejak jaman Nurdin Halid, sampai jaman Iwan bule, banyak bener semut rangrang. Dan, sepertinya Iwan Bule, tak mampu melawan semut rangrang. Atau jangan-jangan Iwan Bule, dedengkotnya semut rangrang?.

Hanya mengeluarkan dana Rp 150 juta, untuk pasukan BY sekitar 15 orang saja, nggak mampu. Bahkan, sudah nunggak tiga bulan. Buat mBah Coco, ini super memalukan dan menjijikan.

Justru, Iwan Bule yang nggak paham “hutan belantara” sepak bola nasional, menganggarkan Rp 700 juta, untuk pasukan media, di bawah Jojo Raharjo. Agar, Iwan Bule ditulis yang bagus-bagus dan selalu menyenangkan. Bisa jadi, Jojo Raharjo tidak salah, sebagai orang profesional. Namun, Iwan Bule harus lebih jeli, mana yang penting untuk organisasi, Media atau Badan Yudisial?.

Nyatanya, Iwan Bule lebih memilih media yang dapat duit anggaran, ketimbang pasukan BY. Dari sini, mBah Coco sudah bisa menebak, bahwa Iwan Bule lebih suka memainkan kekuasaan, ketimbang membangun organisasi. Bahkan, akhirnya, mBah Coco menilai, bahwa Iwan Bule itu, sejatinya “boneka” tapi, siapa bohirnya? Sampai jenderal bintang tiga itu, hanya sekadar “boneka”.

 

Kasihan banget, PSSI diobok-obok…(*)

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com