JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Kemarau Diprediksi Mulai April, dan Klimaksnya di Bulan Agustus

Ilustrasi warga di Desa Dukuh, Tangen, Sragen saat mengais sisa air dari lubang sungai yang mengering saat kemarau. Foto/Wardoyo
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM  – Meski di beberapa daerah intensitas jujan mulai berkurang, namun menurut perkiraan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),  musim kemarau akan mulai terjadi bulan April.

Menurut BMKG, peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret, kemudian monsun Australia mulai aktif.

“Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat siaran pers, Kamis (25/3/2021).

Awal musim kemarau itu diperkirakan mencakup 22,8 persen zona musim, yaitu Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

Dwikorita menyebutkan periode April-Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau masa pancaroba.

Adapun hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.

Baca Juga :  Sindir Pihak yang Tak Mau Diajak Kerja Sama, Prabowo: Kalau Mau Jadi Penonton di Pinggir Jalan, Jangan Ganggu

Deputi Bidang Klimatologi Herizal mengatakan dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 22,8 persen diprediksi akan mengawali musim kemarau pada April 2021, yaitu di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

Kemudian 30,4 persen wilayah yang akan memasuki kemarau pada Mei mencakup sebagian Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Adapun 27,5 persen wilayah akan kemarau pada Juni, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan Papua. Pada masa pancaroba April-Mei, Herizal mengatakan kondisi cuaca perlu diwaspadai.

Baca Juga :  Kesaksian 4 Pejabat Kemantan Sudutkan Syahrul Yasin Limpo, Takut Dipecat

“Potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung dan potensi hujan es yang biasa terjadi pada periode tersebut,” katanya.

Menurut Herizal, musim kemarau tahun ini akan datang lebih lambat namun cenderung normal. “Kecil peluang terjadinya kekeringan ekstrem, seperti musim kemarau 2015 dan 2019,” ujarnya. Herizal. Adapun puncak musim kemarau diprediksi BMKG pada Agustus.

Selain itu BMKG memprediksi juga sebagian daerah yang akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya yaitu di Aceh bagian tengah, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, Sumatera Barat bagian timur, Jambi bagian barat dan timur, Bengkulu bagian utara, Jawa Barat bagian tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, dan Sulawesi Selatan bagian selatan.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com