JOGLOSEMARNEWS.COM Wisata Kuliner

Criping Singkong Rasa Gadung Ala Suwarti Boyolali, Sekali Coba Bisa Ketagihan

Suwarti tengah menata potongan-potongan criping sebelum dijemur / Foto: Diah Parmasih
   

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Di Desa Wukirsari, Kecamatan Pulisen, Kabupaten Boyolali, terdapat kuliner yang cukup unik, yaitu criping singkong rasa gadung.

Ibarat pepatah lagu Buah Semangka Berdaun Sirih, criping ini berbahan dasar singkong, tapi di dalamnya muncul rasa gadung.

Adalah Suwarti (58), warga RT 04 RW 02, Desa Wukirsari yang mampu memproses criping dari rasa singkong menjadi rasa gadung.

Criping sebenarnya  merupakan makanan lawas yang digemari  masyarakat. Selain rasanya yang gurih, empuk meski makanan kering, dan mudah dikondumsi untuk segala usia.

Pembuatan kripik singkong rasa gadung ini sebenarnya tidak begitu rumit. Hanya saja,  melalui proses yang lumayan lama, kurag lebih  empat sampai dengan tujuh hari.

Menurut penjelasan Suwarti, proses pembuatannya diawali dari pengadaan bahan singkong. Dilanjutkan dengan mengupas dan mencuci singkong, memotong-motongnya dengan alat khusus dan kemudian merendamnya.

“Merendamnya ini lumayan lama, sekitar dua sampai tiga hari,” ujar Suwarti kepada Joglosemarnews.

Setelah itu, singkong yang sudah dalam bentuk potongan-potongan itu dijemur menggunakan widik. Setelah kering, barulah potongan-potongan singkong itu digoreng menggunakan dan diberi bumbu agar berasa gurih.

Menurut Suwarti, rasa criping itu  bisa berubah  menjadi berbeda karena pengaruh waktu perendamannya yang mencapai tiga hari.

“Jadi sebenarnya tidak ada campuran bahan lain. Ini murni singkong, namun dengan perlakuan khusus, maka tampilan dan rasa menjadi berbeda,”  beber Suwarti.

Nining (35), warga setempat yang kini telah tinggal di Jakarta adalah salah satu pelanggan criping singkong Suwarti.

Setelah melalui proses panjang, criping singkong rasa gadung produk Suwarti siap dijual / Foto: Diah Parmasih

Ia mengaku, setiap kali pulang kampung, ia selalu memborong criping singkong Bu Warti, karena dititipi rekan-rekan dan tetangganya di Jakarta.

“Dulu sekadar saya kasih sebagai oleh-oleh, tapi mungkin karena ketagihan, sekarang sengaja nitip dibelikan,” ujar Nining sembari tersenyum.

Suwarti sendiri mengaku, soal omzet memang tidak menentu, terlebih dalam masa pandemi Covid-19 seperti ini.

Menurut Suwarti, lebaran tahun-tahun lalu ia sering mendapat pesanan satu hingga dua kuintal. Tapi lebaran 2020 kemarin, ketika pemerintah melarang mudik lebaran, jumlah pemesanan turun drastis.

“Produksi tetap jalan terus, meski jumlahnya sedikit. Kalau habis baru produksi lagi,jadi tidak sampai nando,” ujarnya.

Suwarti berharap, pandemi segera berakhir dan keadaan kembali normal seperti sebelumnya. Syukur apabila mudik kembali diperbolehkan, karena mudik identik rezeki baginya. Diah Parmasih

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com