JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Boyolali

Unik, Peringatan Nuzulul Qur’an di Andong Boyolali Dilakukan dengan Ngaji di Lapangan Terbuka Diterangi Senthir

Peringatan Nuzulul Quran di Andong, Boyolali diterangi dengan senthir
   
Peringatan Nuzulul Quran di Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, Desa Sempu, Andong, Boyolali diterangi dengan senthir / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Peringatan Nuzulul Qur’an diperingati secara unik di Pondok pesantren (Ponpes) Nurul Hidayah Al Mubarokah di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

Keunikan tersebut ditunjukkan dengan  khataman Al Qur’an di lapangan terbuka menggunakan  penerangan senthir (lampu  minyak).

Prosesi pengajian tersebut diawali dengan berbuka puasa bersama di Ponpes. Selanjutnya, para santri melakukan kirab dari ponpes menuju tempat terbuka.

Dari 250 santri, 30 santri mengikuti kegiatan khataman Al Qur’an tersebut. Setiap santri mengaji satu Juz, sehingga dalam semalam akan terselesaikan 30 Juz.

Ditemui di lokasi kegiatan pada Minggu (2/5) malam, pengasuh ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah Nur Rohman menjelaskan bahwa kegiatan rutin ponpes yang berdiri sejak tahun 2005 ini diadakan setiap tahun.

Baca Juga :  Memprihatinkan, Prasasti Sarungga di Cepogo, Boyolali  Merana, Belum Dilindungi Secara Arkeologis

“Supaya menggugah semangat, mengingat zaman dahulu sebelum ada listrik masuk juga begini ini suasana untuk mengajinya. Dan santri tetap semnagat,” katanya.

Dijelaskan sebelum pandemi Covid-19 kegiatan tidak hanya diikuti para santri saja, namun juga diikuti masyarakat sekitar. Khataman Al Qur’an di lapangan terbuka tersebut agar menambah konsentrasi santri saat mengaji.

“Kalau sudah di alam terbuka begini, keadaan juga nyaman, bacanya juga sangat-sangat menyentuh ke hati, untuk hadir hati ini ke hadirat keridhaan Allah,” ujarnya.

Baca Juga :  Suasana Pilkada 2024 Sudah Menghangat di Boyolali, Sejumlah Baliho Bertebaran di Sudut-sudut Strategis

Salah satu santriwati, Inayaturohmah, mengaku senang dengan kegiatan khataman Al Qur’an tersebut. Bahkan, kegiatan seperti itu sudah dia ikuti hingga tiga kali. Meski demikian, ia masih merasakan kesulitan dalam membaca Al Qur’an.

“Pasalnya nyala senthir yang menerangi pada saat mengaji di lapangan terbuka terkadang tertiup angin, ”  tambah dia.

Usai mengaji satu Juz, santriwan Muhammad Syafirul Hidayat mengaku lebih khusyuk pada kegiatan yang sering diikuti setiap tahunnya.

“Kita bisa merasakan ketenangan, khusyuk yang lebih khusyuk. Kita bisa merasakan pada zaman dahulu dikala tidak ada listrik,” tutupnya. Waskita

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com