JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Selama Juli 2021 Terjadi 130 Bencana Alam, Ini yang Patut Jadi Perhatian

gempa bumi
Ilustrasi gempa. Foto: pixabay.com
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Selama bulan Juli 2021, setidaknya terjadi 130 bencana alam di tanah air. Demikian catatan yang direview oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (3/8/2021).

Bencana alam  tersebut kebanyakan didominasi oleh bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.

Sejumlah kejadian bencana ini berdampak pada jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, maupun kerusakan fasilitas umum.

Dilansir dari laman bnpb.go.id, data BNPB dari 1 hingga 31 Juli 2021 menyebutkan bahwa kejadian bencana tertinggi adalah banjir dengan total kejadian sebanyak 53 kali.

Di urutan kedua terdapat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 42 kejadian. Disusul oleh angin puting beliung sebanyak 22 kejadian, tanah longsor 11 kejadian, gempa 1 kejadian, dan kekeringan 1 kejadian.

Bencana-bencana tersebut merenggut  4 nyawa dan 1 lainnya dinyatakan hilang. Dengan rincian, banjir memakan 2 korban jiwa, angin puting beliung 2 dan tanah longsor 1. Jumlah warga yang mengungsi pada Juli lalu sebanyak 215.865 jiwa.

Selain merenggut nyawa, sejumlah bencana tersebut juga menyebabkan kerusakan. Dilihat dari jenis bencana, kerusakan rumah tertinggi disebabkan oleh angin puting beliung yang merusak sebanyak 352 unit rumah. Disusul banjir sebanyak 383 dan tanah longsor sebanyak 21 unit.

Sementara itu, bencana geologi yaitu gempa juga berdampak pada kerusakan 11 rumah. Dengan rincian kerusakan, 2 unit rumah rusak berat dan 9 lainnya mengalami rusak sedang.

 

Ketika Banjir dan Karhutla Terjadi Bersamaan

Sebaran kejadian sebagaimana yang dilaporkan ke Pusdalops BNPD, terpantau lima provinsi tertinggi dengan bencana banjir.

Baca Juga :  16 Hari Ditetapkan sebagai Presiden, Keluarga Prabowo Subianto Bangun Pabrik Timah di Batam, Omzet Rp 1,2 T per Tahun

Kelima provinsi tersebut ialah Aceh dengan catatan 9 kejadian, Kalimantan Barat 8, Sulawesi Selatan 8, Kalimantan Tengah 5, serta tiga wilayah dengan 4 kejadian. Dua wilayah tersebut ialah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku.

Salah satu pemicu banjir dibeberapa wilayah di atas ialah curah hujan tinggi pada bulan Juli, khususnya di wilayah Indonesia bagian Tengah, seperti kawasan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Bersamaan dengan bencana banjir tersebut juga terjadi karhutla di beberapa wilayah. Terdapat lima provinsi yang diidentifikasi sebagai provinsi dengan bencana karhutla tertinggi.

Yaitu Sumatera Selatan dengan 11 kejadian, Aceh 10, Kalimantan Tengah 7, Kalimantan Selatan 6, dan Riau 4. Kondisi cuaca pada bulan Juli berkontribusi pada terjadi karhutla di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang notabenenya kerap dilanda karhutla setiap tahun.

Pada bulan Juli tersebut, beberapa provinsi mengalami bencana hidrometeorologi basah (banjir) dan hidrometeorologi kering (karhutla) secara bersamaan.

Fenomena ini menunjukkan adanya anomali cuaca skala lokal. Seperti yang terjadi di wilayah Aceh (banjir 9 kejadian dan karhutla 10 kejadian) dan Kalimantan Tengah (banjir 4 kejadian dan karhutla 7 kejadian).

Fenomena anomali cuaca yang dahsyat juga terjadi di tingkat global. Kejadian banjir bandang dan banjir bandang yang terjadi di Jerman, Turki, India, dan Cina disusul oleh kejadian kebakaran hutan yang masif di Turki, Italia, Yunani, dan Amerika.

Dari fenomena tersebut, BNPB berpandangan bahwa masalah ini harus menjadi perhatian dalam aspek uncertainly (ketidakpastian) dalam penyusunan langkah-langkah mitigasi.

Baca Juga :  Pilkada Jateng, Cak Imin Larang Gus Yusuf Terima Tawaran Kalau Cuma Jadi Cawagub

Lebih lanjut, BNPB mengungkap hal ini seharusnya menjadi pembelajaran sekaligus dasar untuk melakukan audit infrastruktur keairan di tanah air agar memiliki kapabilitas untuk mengakomodasi potensi curah hujan ekstrem yang mungkin terjadi.

BNPB menambahkan bahwa hal tersebut berimplikasi pada kesiapsiagaan dan tindak darurat di lokasi yang berpotensi banjir dan karhutla. Di samping aspek manajemen dan sumber daya yang perlu disiapkan dengan lebih baik.

 

Frekuensi Bencana Menurun

Dari analisis perbandingan kejadian bencana pada Juli 2020 dengan Juli 2021 terdapat penurunan sebanyak 38 persen. Pada Juli 2020 terdapat 208 kejadian bencana sedangkan pada Juli tahun ini hanya terdapat 130 bencana.

Sementara itu, jumlah korban yang meninggal dan hilang juga mengalami penurunan drastis. Jika pada tahun lalu korban meninggal mencapai 65 jiwa, tahun ini hanya ada 5 korban jiwa. Dampak kerusakan di sektor pemukiman juga turunn hingga 91 persen.

Meski begitu, BNPB menghimbau agar kesiapsiagaan tetap menjadi perhatian utama di bulan Agustus ini. Setelah musim hujan berakhir, potensi bahaya yang mungkin terjadi ialah kekeringan dan karhutla.

BNPB mencatat kejadian karhutla yang terjadi di Indonesia banyak dipicu oleh faktor antropogenik atau ulah manusia. BNPB mengatakan potensi ini harus dicegah bersama-sama sehingga masyarakat tidak lagi terbebani permasalahan asap di tengah pandemi covid-19 yang masih berlangsung. Harum Ika Praningrum

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com