JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Menko Airlangga: Paradigma Pembangunan Ekonomi Perlu Diubah

Airlangga Hartarto / Istimewa
   

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam rangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi, perubahan paradigma pembangunan ekonomi menjadi suatu hal yang penting.

Paradigma pembangunan ekonomi yang semula berbasis resource-driven economy, akhirnya perlu didorong untuk bergeser menjadi berbasis innovation-driven economy.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speech di acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 bertema Membangun Kedaulatan Teknologi Sebagai Basis Ekosistem Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045, Kamis (16/9/2021).

Menko Airlangga menjelaskan, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi memiliki kaitan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi.

Percepatan pembangunan ekonomi berbasis inovasi merupakan salah satu tahapan dalam pencapaian Visi Indonesia Emas di tahun 2045.

Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan Produk Domestik Bruto terbesar ketujuh pada 2045. Untuk mencapai target tersebut, Menko Airlangga menjelaskan, Indonesia harus tumbuh rata-rata 5,7 persen per tahun.

Tentu saja, hal hanya akan terjadi apabila penguatan struktur ekonomi dan percepatan pertumbuhan berbasis inovasi telah dilakukan.

Sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar mencapai target tersebut, jelas Airlangga, arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan IPTEK 2020-2024 akan berfokus pada peningkatan akselerasi ekosistem riset dan inovasi, peningkatan jumlah dan kualitas belanja Litbang.

Baca Juga :  Masinton Sebut Tak Ada Urgensinya Megawati Temui Presiden Jokowi

“Prioritas Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang diharapkan bisa langsung bermanfaat untuk masyarakat serta pengembangan Research Power House,” ujar Menko Airlangga seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Berbagai hal yang dapat dilakukan ke depannya dalam upaya pemulihan ekonomi berbasis riset dan inovasi, di antaranya:

Pertama, mendorong Riset Ekonomi Hijau melalui kegiatan-kegiatan yang mencakup pengembangan energi baru dan terbarukan, bahan bakar hijau (green fuel), sarana dan prasarana kendaraan listrik seperti Fast Charging Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Kedua, mempercepat komersialisasi hasil riset dan inovasi melalui kerja sama dengan dunia usaha seperti industri dan UMKM, serta dengan lembaga penelitian lainnya. Upaya ini sangat penting dalam alih teknologi yang mengarah pada pemanfaatan teknologi modern yang mempunyai daya proses yang optimal.

Ketiga,  meningkatkan kemampuan teknologi informasi dalam pengembangan riset dan inovasi melalui pemanfaatan data online dan offline sehingga akan terjadi integrasi digital.

Keempat, pengembangan riset dan inovasi sejalan dengan tren digitalisasi yang saat ini berkembang. Indonesia memiliki banyak potensi dan peluang yang harus dimanfaatkan, diantaranya adalah nilai transaksi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 124 miliar (Rp1.700 triliun) pada tahun 2025.

Saat ini, menurut Menko Airlangga, terdapat dua sektor ekonomi digital yang menjadi pendatang baru dan memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan dalam lanskap ekonomi digital Indonesia, yakni Edutech dan Healthtech.

Baca Juga :  AHY Ingatkan, Koalisi Tidak Sekadar Berapa Banyak Partai yang Bergabung

Pada tahun 2020, pengguna aktif aplikasi Edutech Indonesia tumbuh signifikan mencapai 200% dan jumlah penguna Healthtech (telemedicine) juga meningkat signifikan. Bahkan dalam 5 tahun ke depan, diprediksi pengguna telemedicine di Asia Pasifik akan meningkat sebesar 109%.

Kemajuan teknologi digital, menurut Airlangga, harus dipandang menjadi sebuah peluang bagi Indonesia. Berbagai studi menyatakan bahwa peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar karena didukung oleh sejumlah faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah penduduk yang terbesar ke-4 di dunia. Jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta atau 70,7%, yang ditopang oleh Generasi Z sebanyak 75,49 juta orang, atau 27,94% dan Generasi Y/Milenial yang mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87%.

Untuk mendorong peningkatan daya saing dan meraih peluang tersebut, demikian Airlangga, pemerintah telah memberikan dukungan fiskal berupa kebijakan Super Tax Deduction untuk kegiatan vokasi, industri padat karya maupun penelitian dan pengembangan.

Dukungan tersebut dilakukan agar dapat mendorong dan memunculkan talenta-talenta (SDM) Indonesia yang hebat, produktif, serta SDM yang dapat membawa negara ini bersaing secara global khususnya di era digital saat ini. Suhamdani

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com