JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Kisah Pilu Nenek Sebatang Kara di Tanon, Sragen, yang Hidup Gelap Puluhan Tahun

Kondisi rumah Mbah Lampi (80) warga Kampung Ngaringan RT 5, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah Hanya Menggunakan Lampu Minyak Tanah Sebagai Penerangan Pada Malam Hari || Foto Huri Yanto
Kondisi rumah Mbah Lampi (80) warga Kampung Ngaringan RT 5, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah Hanya Menggunakan Lampu Minyak Tanah Sebagai Penerangan Pada Malam Hari || Foto Huri Yanto
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Mbah Lampi (80), seorang nenek yang hidup sebatang kara di Kampung Ngaringan, RT 5, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen, puluhan tahun hidup tanpa menikmati cahaya lampu listrik.

Untuk menerangi di dalam rumah yang terbuat dari kayu dan bambu reyot itu, mbah Lampi hanya ditemani sebuah lampu minyak tanah yang menjadi teman satu-satunya untuk mendapatkan cahaya saat malam hari.

Meskipun Indonesia sudah dinyatakan merdeka namun Mbah Lampi masih hidup menderita tak menikmati lampu listrik selama ini.

Lampu minyak tanah atau sering dipanggil lampu Tintir ini bagi Mbah Lampi juga menjadi teman setia dirinya untuk cahaya penunjuk arah saat malam hari berkativitas didalam rumah seperti hendak mengambil makan dan minum dan lainnya.

Rumah yang terbuat dari kayu dan dinding dari anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih Lebar 7,5 Meter Serta Panjang 12 Meter Kini juga sudah mulai rapuh di makan rayap.

Mbah Lampi yang kini hanya hidup sebatangkara, mencari penghasilan dengan cara bekerja serabutan menjual nasi intip, tukang pijat dan beternak Kelinci serta berharap belas kasihan dari tetangga.

Pada JOGLOSEMARNEWS.COM dari hasil kerja pijat capek dan beternak Kelinci itu Mbah Lampi gunakan untuk kebutuhan sehari – hari seperti membeli beras, membeli sayur, membeli sabun, minyak goreng dan lainnya.

Baca Juga :  Akhirnya DPC PDIP Sragen Buka Pendaftaran Calon Bupati Sragen 2024

Terlihat saat JOGLOSEMARNEWS.COM mendatangi rumah mbah Lampi terlihat sesekali sedang sibuk membersihkan rumahnya dengan sapu lidi dan tengah sibuk memasak nasi di tungku ukuran kecil dengan kayu bakar.

Disela-sela masak di ruang dapur rumah belakang, mbah Lampi juga mengatakan bahwa dirinya sudah hidup menjada sejak puluhan tahun lalu dan memiliki satu orang anak, akan tetapi sang anak saat ini sudah meninggal karena sakit.

“Sudah sejak dulu saya tidak memiliki listrik kalau malam sumber cahaya ya lampu Tintir minyak tanah ini, mau pasang listrik juga tidak punya biaya dan takut tidak bisa bayar pajaknya. Saya hidup sendirian, dulu punya anak tapi udah meninggal,” kata Mbah Lampi Kamis (25/4/2024).

Selain bercerita tentang kisah hidupnya yang setiap hari menghadapi gelapnya malam tanpa cahaya lampu yang menghiasi malam yang sunyi di rumah reyot miliknya, Lampi juga terlihat meneteskan air mata di wajahnya saat ditanya beratnya kehidupan yang dirinya hadapi tanpa memiliki anak dan cucu yang tidak peduli dengan nasibnya, yang hidup sendirian di hari tua.

“Ya sudah lama, dari rumah saya ini dibangun gak ada lampunya kalo malam ya pakai lampu tintir teplok ini, ya usaha sendiri kalo untuk makan. Lha gimana lagi wong gak punya anak,” bebernya.

Tidak inggin mengandalkan bantuan orang lain terus menerus, Mbah Lampi juga berusaha ternak Kelinci dari uang hasil tukang pijat dan urut. Terhitung terdapat 7 ekor kelinci dengan warna putih hidup menemani Mbah Lampi dan menjadi harapan penghasil uang untuk kebutuhan.

Baca Juga :  4 Pemuda Dari Perguruan Silat Keroyok 2 Remaja Disamping Toko Meteor Sragen Kulon
Mbah Warji Obeng warga Dukuh Karang RT 2, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah || Huri Yanto
Mbah Warji Obeng warga Dukuh Karang RT 2, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah || Huri Yanto

Hal senada juga dirasakan oleh tetangga Mbah Lampi bernama Mbah Warji Obeng warga Dukuh Karang RT 2, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah yang bernasib sama puluhan tahun hidup dalam kegelapan hanya mengandalkan lampu pencahayaan dari lampu minyak tanah.

“Iya gelap kalau malam, ngak punya uang mau pasang listrik sendiri mas. Ngak punya kerjaan juga dan udah tua hidup sendiri kadang ya kalau makan sesekali dikasih tetangga, kalau ngak ya saya jadi tukang pijet capek di pasar Gading atau proliman kalau malam,” kata Warji.

Terpisah manager PLN UP3 Surakarta, Muhammad Khadafi melalui Mahfud Sungadi pada JOGLOSEMARNEWS.COM mengatakan bahwa pihak PLN sudah mendapatkan informasi tersebut, dan sudah melakukan survei ke lokasi dua rumah lansia hidup sebatangkara tanpa listrik.

“Iya kemarin sudah kami survei ke lokasi, kemarin secara jaringan masuk. Secara data pelanggan juga memenuhi syarat untuk diberikan listrik subsidi, jadi nanti akan kita bantu pemasangan listrik gratis, untuk biaya pengisian pulsa listrik kedepannya lebih murah dari pada lainnya,” ujarnya.

Huri Yanto

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com