
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Anggota Komisi IV DPR RI, Luluk Nur Hamidah mendorong petani untuk menghentikan pemasangan setrum jebakan tikus.
Sebaliknya, ia meminta agar petani mulai memberdayakan predator alam seperti burung hantu yang ramah lingkungan. Merajalelanya hama tikus selama ini juga tak lepas dari sifat serakah manusia yang banyak memburu predator alam.
Hal itu disampaikan usai berkunjung ke kawasan pertanian di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen terkait penanggulangan tikus.
Mereka melihat langsung jebakan tikus dengan listrik yang sudah banyak merenggut korban. Tercatat ada 22 petani di Sragen meregang nyawa dalam kurun 2 tahun terakhir.
Legislator Dapil Jateng IV asal Fraksi PKB, Luluk Nur Hamidah, meminta pemasangan jebakan tikus listrik sudah saatnya untuk disudahi.
Ia mengaku prihatin lantaran sudah 22 nyawa melayang di Sragen akibat pemasangan jebakan tikus.
“Saya minta ada swadaya dari bawah untuk pengadaan rumah burung hantunya. Mungkin pengadaannya bisa dari dana desa atau iuran kelompok tani dan seterusnya,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (7/2/2022).
Ia mengatakan sebagai gantinya, petani bisa memberdayakan hewan predator tikus, yakni ular dan burung hantu.
Kemudian ulah manusia yang serakah dengan berburu ular dan burung hantu di sawah itu juga harus dihentikan.
“Harusnya ada Perda yang melarang jerat tikus menggunakan listrik dan harus diimbangi dengan aturan larangan perburuan predator tikus di sawah. Karena banyak orang saat ini yang serakah. Terutama berkaitan dengan hama tikus dan ekosistem sawah. Problem hama tikus ini menjadi tanggung jawab pemerintah secara berjenjang dari pusat sampai daerah,” jelasnya.
Nantinya, Luluk juga akan meminta PLN melakukan edukasi soal listrik, dan harus ada solusi alternatif berupa jebakan tikus dengan listrik dengan voltage rendah.
Apa yang didapat dari kunjungan di Sragen, nantinya juga akan dibawa dalam rapat komisi.
Ia berharap PLN juga bisa memberikan keamanan bagi petani. Sehingga niat menyelesaikan masalah hama tikus jangan sampai mendatangkan masalah baru yang lebih besar.
“PLN nanti kami minta CSR-nya barangkali bisa digantikan ke petani untuk pengadaan rumah atau burung hantu. Karena selama ini kontribusi pemakaian listrik dari petani juga cukup besar,” imbuhnya.
Terpisah, Sakimin (65) salah satu petani Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen mengaku memang belum pernah memakai setrum jebakan tikus.
Risiko besar dan banyaknya korban jiwa akibat kesetrum jebakan tikus, menjadi alasannya memilih menanggalkan cara itu.
“Lebih baik gropyokan dan sering menutup lubang tikus. Adanya jebakan tikus dengan listrik. Jujur ! takut, wong urusane nyawane dewe (urusanya nyawa kita sendiri),” jelas Sakimin. Wardoyo
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com