JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Sebelum Terjadi Kecelakaan, Pesawat Lion Air  Memiliki Status Berbahaya

   
ilustrasi/tempo.co

JAKARTA – Pesawat Lion Air dengan registrasi PK-LQP dilaporkan berstatus airspeed and altitude disagree ketika menerbangi rute Denpasar-Jakarta, Minggu malam 28 Oktober 2018. Ini adalah pesawat yang sama yang digunakan untuk menerbangi rute Jakarta-Pangkal Pinang keesokan harinya dan jatuh di Tanjung Karawang.

Sumber Tempo, seorang mekanik pesawat komersial, menilai setiap kasus altitude disagree tergolong kritikal untuk pesawat.

“Kalau terbang dengan indikasi altitude yang enggak acurate..sangat berbahaya karena altitude sebagai alat ukur utama saat terbang dan related ke system yang lain di pesawatnya..,” tuturnya via aplikasi percakapan Whatsapp.

Yang biasa dilakukan untuk masalah abnormalitas dalam alat ukur ketinggian terbang tersebut, dia menambahkan, adalah segera kalibrasi oleh teknisi sebelum pesawat diizinkan terbang lagi. Kalibrasi menggunakan alat yang disebut test box.

Baca Juga :  Perang Urat Syaraf antar Tim Kuasa Hukum Memanas Jelang Sidang Gugatan Pilpres 2024 di MK

Pesawat dengan regitrasi PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 penerbangan Lion Air JT-610 rute Jakarta – Pangkal Pinang dengan jadwal keberangkatan Senin, 29 Oktober 2018 pukul 6.10 WIB dari Bandara Soekarno Hatta menuju Depati Amir.

Tak butuh lama untuk menjalani proses kalibrasi itu, yakni bisa satu jam. Ini mempertimbangkan pesawat Lion Air harus segera terbang kembali keesokan paginya. “Dan kalau sudah dikerjakan dilaporkan kembali oleh teknisi dalam logbook yang sama berisi catatan pilot,” katanya.

Pelaporan dalam logbook menjadi prosedur untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab jika ditemukan abnormalitas pada pesawat. Teknisi atau mekanik akan menandatangani buku itu jika masalah masih bisa diatasi dan pesawat laik terbang.

Baca Juga :  Sejarah Lahirnya Persaudaraan Setia Hati Terate & Kisah Inspiratif Ki Hadjar Oetomo

Masalah atau status altitude disagree sebelumnya diungkap Koran Tempo edisi Selasa 30 Oktober 2018. Airspeed and altitude disagree ditulis merupakan kondisi ketidaksesuaian data kecepatan dan ketinggian pesawat antara layar pilot (kiri) dan kopilot (kanan). Dalam kondisi ini, pilot harus stand-by secara manual.

Fulki Naufan, kopilot pesawat saat menerbangi rute Denpasar-Jakarta, menolak memberi keterangan tentang abnormalitas itu. Sedang Corporate Communications Lion Air Group, Ramaditya Handoko, mengatakan, “Soal penerbangan itu, kami masih harus cek kembali laporan terakhirnya.”

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com