JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Catatan FSGI: Usai Libur Semester, 632 Santri Positif Covid-19

Guru tengah mengajar para santri di sebuah pesantren di Bandung, Rabu, 25 November 2020. Pandemi Covid-19 membuat guru-guru harus bisa menguasai pembelajaran melalui video dengan memanfaatkan jaringan internet dan media sosial / tempo.co
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pembelajaran tatap muka ternyata cukup berisiko terhadap melonjaknya pasien Covid-19.

Menurut catatan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), ternyata telah muncul klaster baru penularan Covid-19, yakni klaster pondok pesantren.

FSGI menyatakan hal itu setelah melakukan pemantauan kasus Covid-19 di pondok pesantren usai liburan semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.

Sebagaimana diketahui, pada Januari 2021 lalu, para santri kembali ke pondok untuk belajar tatap muka.

FSGI mencatat muncul sejumlah klaster baru pondok pesantren. Pada Januari hingga pertengahan Februari 2021 tercatat 632 santri dari 6 pondok pesantren terkonfirmasi positif Covid-19.

“Kasus terbanyak di Ponpes Kota Tasikmalaya yang mencapai 375 kasus,” ujar Sekjen FSGI, Heru Purnomo lewat keterangan tertulis, Selasa (23/2/2021).

Selain itu di Boyolali 88 santri tertular Covid-19 dan Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, santri yang positif Covid-19 mencapai 125 orang. Berikutnya sebanyak 44 orang di Ponpes Dar el Hikmah Pekanbaru terpapar Covid-19.

Baca Juga :  Jelang Pengumuman Sengketa Pilpres Cak Imin Unggah Foto Bareng Sufi Dasco Gerindra, Sinyal Gabung Prabowo?

Saking banyaknya santri yang terkonfirmasi Covid-19, kata Heru, pemerintah Kota Tasikmalaya sampai menyediakan beberapa bangunan darurat isolasi di wilayahnya untuk menampung sebanyak 375 santri tersebut. Sebab, ruang isolasi di pesantren sudah tak mencukupi.

Kajian FSGI menunjukkan pondok pesantren memiliki potensi kuat menjadi klaster penularan Covid-19. Sebab aktivitas santri yang cenderung bersama-sama (berkumpul) dalam waktu panjang, bahkan bisa dikatakan 24 jam. Terlebih, jika infrastruktur dan protokol kesehatan/SOP adaptasi kebiasaan baru (AKB) tidak memadai dan rendahnya kedisiplinan, maka potensi penularan Covid-19 menjadi tinggi.

“Di ponpes, biasanya para santri setiap hari makan bareng, salat berjamaah, bahkan kamar tidur santri pun diisi lebih dari satu orang, antara 4-10 santri,” tuturnya.

Sebelumnya, hasil pemantauan FSGI pada September 2020 menunjukkan ribuan santri terkonfirmasi Covid-19, angka tepatnya 1.449. Sedangkan pada Oktober 2020 tercatat 700 santri positif Covid-19 dan pada November 2020 mencapai 940 santri.

“Total dari data yang dikumpulkan FSGI mencapai lebih dari 3.000 kasus Covid-19 dari klaster pondok pesantren, dalam waktu tiga bulan terjadi di 20 pondok pesantren”, ujar Fahriza Marta Tanjung, Wakil Sekjen FSGI.

Baca Juga :  Presiden PKS Kunjungi NasDem Tower, Paloh: NasDem dan PKS Siap Gabung Pemerintah Maupun Oposisi

Untuk mencegah pondok pesantren kembali menjadi klaster baru, maka FSGI mendorong Kementerian Agama memastikan dengan sungguh-sungguh infrastruktur adaptasi kebiasaan baru serta kepatuhan terhadap protokol kesehatan sesuai AKB untuk semua aktivitas. Mulai dari santri bangun tidur, ibadah, belajar, makan, mandi, piket dan sampai tidur kembali.

Pemerintah Daerah dan Satgas Covid-19 diharapkan dapat melakukan intervensi terkait kesiapan infrastruktur fisik maupun kesanggupan penerapan protokol kesehatan Covid-19 melalui pendekatan dan komunikasi yang baik dengan tokoh masyarakat maupun pengelola ponpes.

Selain itu, FSGI juga mendorong ponpes menerapkan kewajiban tes antigen untuk seluruh santri, pengelola, pengajar maupun petugas masuk dan kebersihan lainnya. “Ini untuk memastikan bahwa saat kembali ke ponpes para santri benar-benar dalam keadaan sehat,” ujar Fahriza.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com