JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Billy Bongkar Marak Beras Ilegal Asal Vietnam, Satgas Pangan Diminta Tegas. Pedagang Sebut Harga Mulai Naik Rp 1000

Billy Haryanto alias Billy Beras. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Problem baru menghampiri komoditas beras nasional. Di saat modus penyelundupan beras impor asal Vietnam yang menyebar di beberapa wilayah, kini harga beras di pasaran mulai merangkak naik.

Pengusaha beras nasional, Billy Haryanto sempat membongkar adanya praktik mafia penyelundupan beras impor.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , pengusaha kelahiran Sragen itu menyebut ada praktik penyelundupan beras asal Vietnam melalui pelabuhan Batam dan sekitarnya.

Beras Vietnam itu dinilai sangat merugikan negara karena masuk tanpa ada bea masuk.

Selain itu, maraknya beras selundupan juga merugikan petani karena beras itu dijual lebih murah Rp 2000 dari harga pasaran.

Karenanya, ia meminta kepada Satgas Pangan agar segera menindak beras selundupan ini.

“Jangan sampai ada kesan pembiaran terhadap beras ilegal ini. Karena beras ilegal itu merusak stabilitas harga, merugikan petani dan negara,” tandasnya.

Di sisi lain, harga beras di pasaran mulai menunjukkan kenaikan Rp 1000 per kilogram.

Salah satu pedagang di Pasar Ceger, Tangerang, Nur Fuad menyebut kenaikan Rp 1000 itu terjadi di semua jenis beras. Akibatnya omzet pedagang menurun karena pembeli mulai sepi.

Baca Juga :  Konvoi Kelulusan SMA di Sragen Berhasil Dibubarkan Polsek Sumberlawang, Ratusan Pelajar Berhasil Diamankan di Waduk Kedung Ombo (WKO)

Harga beras memang lagi naik Rp 1.000 per kilogram semua jenis. Besar (kenaikan harga beras) itu,” ucapnya dikutip Tempo.co, Kamis (12/10/2022).

Nur mengatakan lonjakan harga beras terjadi tiba-tiba. Sehari setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik, harga beras langsung terkerek.

Dari satu karung atau sebanyak 50 kilogram beras, harganya meningkat hingga Rp 100.000. Pedagang pun terpaksa menerima kenaikan harga itu karena makin mahalnya biaya angkut dan kian menipisnya stok beras di gudang.

Lonjakan harga di tingkat pedagang sontak mengurangi jumlah pembelian konsumen. Nur Kini pembeli telah mengurangi jumlah beras yang dibeli hingga 50 persen.

Akibatnya, pendapatan para pedagang jeblok hingga separuh dari kondisi normal, atau sebelum kenaikan harga BBM.

Menurut Nur, kondisi pedagang tak berbeda dengan masyarakat yang sebagai konsumen beras. Kestabilan harga dan pasokan adalah dua hal yang sangat diharapkan bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah.

Baca Juga :  Momen Wisuda Akbar Sekolah Tahfidz Kids Balita dan Qur'anic School Center Ar Rahman di Sragen Angkatan ke-8 Ciptakan Anak Penghafal Al Qur'an dan Kebaikan Untuk Indonesia

Dengan begitu, pedagang bisa terus berjualan dan mendapatkan penghasilan. Begitu juga dengan konsumen tak sulit mendapatkan barang kebutuhan pokoknya dengan harga terjangkau.

Soal kenaikan harga beras ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menilainya sebagai hal yang wajar seiring dengan meningkatnya harga gabah.

Harga beras di pasar naik hingga sekitar Rp 2.000 per kilogram

“Tetapi beras yang (di) Bulog dijamin harganya,” ujar dia, Selasa (11/10/2022).

Ia juga memastikan harga beras yang dikeluarkan oleh Bulog tak akan berubah. Kalau ada kenaikan, kata Zulhas, selisihnya akan ditanggung atau disubsidi oleh pemerintah.

Namun hal itu tak berlaku untuk beras premium. Seperti halnya minyak goreng, harga beras premium dilepas ke pasar sehingga masyarakat memiliki kebebasan memilih sesuai dengan kebutuhannya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas Santosa menilai kenaikan harga beras tak wajar.

Pasalnya, harga beras merambat naik sejak Juli 2022 lalu akibat harga gabah kering panen atau GKP melonjak tajam. (Wardoyo/Tempo.co).

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com