JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Menengok Tradisi Sedekah Unik di Desa Wonorejo Sragen. Tiap Habis Panen Warga Berbondong-Bondong Persembahkan Sedekah Gabah ke Masjid, Hasilnya untuk Pembangunan Masjid dan Sosial

Warga di Dukuh Blagungrejo, Wonorejo, Kalijambe, Sragen saat mempersembahkan sedekah gabah hasil panenan ke masjid setempat. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun. Foto/Istimewa
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebuah tradisi unik dan menjadi kearifan lokal dilakukan warga di Desa Wonorejo, Kecamatan Kalijambe, Sragen.

Setiap habis panen, mereka secara sukarela menyerahkan sedekah atau infaq berupa hasil panenan padi ke masjid setempat.

Tradisi unik itu dilakukan warga di beberapa RT di desa tersebut. Salah satunya di RT 14, Dukuh Blagungrejo, Wonorejo.

Salah satu warga, Pariyono menuturkan tradisi sedekah hasil panen ke masjid itu memang dilakukan setiap panen raya di desanya. Sedekah berupa gabah itu nantinya diserahkan ke masjid dan dikelola untuk kepentingan pembangunan masjid dan kegiatan sosial lainnya.

“Ini salah satu kearifan lokal di desa kami. Para petani tiap habis panen selalu memberikan sedekah gabah yang dikumpulkan di masjid. Sedekah itu nanti untuk membangun masjid. Itu sebagai sarana warga berharap kepada Allah SWT agar setiap panen selalu diberikan hasil yang melimpah dan terhindar dari hama,” paparnya.

Baca Juga :  Kronologi Mbah Kartini Petani di Sragen Tewas Mengenaskan Kesetrum Jebakan Tikus Listrik di Sawah

Menurutnya, tradisi itu memang sangat bagus. Apalagi hal itu juga selaras dengan tuntutan dalam agama.

Di mana Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa “Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur”.

“Kemudian dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda bahwa Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan-Nya,” imbuhnya.

Kades Wonorejo, Edi Subagyo membenarkan tradisi sedekah hasil bumi ke masjid setiap habis panen itu. Menurutnya, tradisi itu dijalankan warga di beberapa RT di desanya dan berlangsung sudah turun temurun sejak dahulu.

Selain sebagai ujub syukur atas panenan, tradisi infaq atau sedekah hasil panen itu juga untuk kepentingan pembangunan masjid juga.

“Tradisi itu sudah sejak saya kecil Mas. Mungkin sudah puluhan tahun. Di beberapa RT memang melaksanakannya. Termasuk di tempat kami di RT 9 Dusun Wonorejo juga melaksanakannya. Jadi tiap habis panen, nanti takmir masjid setempat woro-woro siapa warga yang mau sedekah hasil panen, diserahkan ke masjid,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (21/3/2021).

Baca Juga :  Kisah Pilu Nenek Sebatang Kara di Tanon, Sragen, yang Hidup Gelap Puluhan Tahun

Edi menguraikan besaran sedekah sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan warga. Mayoritas memang memberikan sedekah gabah tiap panen padi.

Menurutnya, sekali panenan, kadang sedekah yang diserahkan warga bisa terkumpul 5 kuintal gabah di satu masjid.

Sedekah hasil panen itu nantinya dikelola untuk dijual apabila akan merenovasi atau memperbaiki masjid. Tak hanya tiap panen, infak ke masjid itu juga mulai dilakukan oleh sebagian warga yang ingin memeringati 7 hari atau 10 hari orang meninggal.

“Jadi ada warga yang memilih tidak melakukan peringatan tapi menggantinya dengan memberikan infaq ke masjid. Menurut saya ini memang tradisi dan kearifan lokal yang baik dan wajib dilestarikan. Apalagi juga sesuai tuntutan agama. Makanya masjid-masjid di desa kami bisa berkali-kali direnovasi karena pakai dana infaq warga itu,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com