JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Bikin Trenyuh, Keluarga Petani Korban Setrum Jebakan Tikus di Sukodono Memilih Ikhlas dan Tak Akan Tuntut Jalur Hukum. Kades Sebut Jika Tanpa Setrum Tanaman Bisa Habis Beneran, KTNA Berharap Pemerintah Terketuk Cari Solusi!

Ilustrasi tim gabungan saat mengevakuasi jasad petani korban setrum jebakan tikus di Sukodono, Sragen. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus kematian petani Jumino alias Mbah Mino (58), petani asal Dukuh Putatsewu RT 2, Jatitengah, Sukodono akibat kesetrum jebakan tikus di sawah milik Pariman (59) di Desa Jatitengah, Sukodono, berakhir antiklikmaks.

Meski Kapolres mengisyaratkan pemilik sawah pemasang jebakan tikus bisa dijerat pidana, pihak korban memutuskan untuk menutup kasus itu dengan memilih jalur damai.

Kepastian damai itu disampaikan Kades Jatitengah, Sagi, Kamis (5/11/2020). Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , ia mengatakan pihak keluarga Mbah Mino menyatakan sudah mengikhlaskan kejadian itu sebagai musibah.

Keluarga almarhun juga sudah tidak menuntut dan sudah membuat pernyataan damai di hadapan Polsek Sukodono pagi ini.

“Perkembangan terbaru, pihak korban tidak nuntut dan sudah damai. Ini tadi di Polsek sudah dipertemukan dan damai. Sudah selesai dan tidak menuntut,” paparnya.

Kades menguraikan dengan pernyataan damai dan tidak menuntut itu, maka persoalan dianggap sudah selesai. Pihak korban lebih berfikir bahwa kejadian itu sebagai musibah.

Selain itu, antara korban dan pemilik sawah Pariman, selama ini juga saling mengetahui kalau sama-sama memasang jebakan tikus bersetrum.

“Keluarga sudah ikhlas dan tidak memperpanjang kasus ini. Sudah dianggap sebagai alangan,” tandasnya.

Sebagai antisipasi, semua perangkat setrum dan kabel jebakan tikus yang ada di lokasi dan semua titik, langsung dibersihkan hari ini juga.

Sagi menambahkan pihaknya sudah meminta perangkat desa dan petani pemasang untuk melepas semua yang masih ada jebakan tikus bersetrum di sawah.

Baca Juga :  Tanpa Restu Bapak, Untung Wina Sukowati Calon Bupati Sragen 2024 Nekat Maju Lewat Partai Demokrat: Ini Tekat Saya Sendiri

“Hari ini yang pada pasang sudah saya minta lepasi semua, baik dari kelompok tani maupun petani. Nggak banyak sih yang pasang, ya kebanyakan ya yang barusaja tanam,” tukasnya.

Sagi menambahkan penggunaan setrum jebakan tikus memang berbahaya. Meski sudah ada imbauan, akan tetapi mayoritas petani terpaksa menempuh cara itu karena tidak ada cara lain yang lebih aman dan bisa menekan hama tikus yang saat ini merajalela.

“Jenengan juga pirsa sendiri di lapangan seperti apa. Saat ini, karena serangannya memang sudah parah. Kata petani kalau gak dipasangi listrik itu padi ya bisa bar bar tenan Mas dan tidak bisa panen. Jenengan sendiri juga sudah tahu kan petani di lingkungan jenengan pasti juga sama seperti itu,” tandasnya.

Sementara, keponakan almarhum menyampaikan Mbah Mino meninggalkan satu istri dan tiga anak. Selama ini, almarhum juga dikenal petani yang rajin dan sejak ada hama tikus, hampir tiap malam selalu ke sawah untuk mengecek lahannya apakah ada serangan.

Seperti diberitakan, kakek paruh baya itu ditemukan tewas di pematang dan sawah milik tetangganya, Pariman (59) asal Lemahireng RT 5, Jatitengah, Sukodono, Sragen pada Rabu (4/11/2020) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Diduga kuat, korban sudah meninggal beberapa jam sebelumnya.

Baca Juga :  Jelang Masa Jabatan Berakhir, Bupati Sragen Gelar Halal Bi Halal dan Mohon Maaf di Sumberlawang dan Miri

Korban baru diketahui oleh petani tetangga yang mendapati korban sudah tidak bernyawa.

Saat ditemukan, posisinya tergeletak dengan kepala terjerembab di lahan sawah sedangkan kakinya menjuntai di pematang.

Warga menduga korban terpeleset lalu terjatuh dan kena jebakan tikus di sawah Pariman. Sebab kondisi tanah di sawah lokasi kejadian masih basah dan berlumpur.

Sementara, Kapolres Sragen AKBP Yuswanto Ardi menyampaikan untuk tahap awal penanganan ada di Polsek Sukodono. Ia berharap proses hukum bisa menjadi efek jera bagi petani untuk menghentikan penggunaan setrum jebakan tikus.

Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno mengaku prihatin dengan rentetan kasus kematian petani akibat setrum jebakan tikus di Sragen. Ia mengakui meski berbahaya, namun sejatinya ada pesan penting yang harus dipahami dan dijadikan perhatian dari kasus-kasus tersebut.

Bahwa selama ini petani sebenarnya sangat merindukan solusi yang efektif dan aman untuk menekan hama tikus yang merajalela.

Penggunaan setrum itu sesungguhnya pilihan terakhir yang terpaksa diambil demi menyelamatkan tanaman agar masih ada harapan panen.

“Kalau dipikir dalam, harusnya pemerintah prihatin, begitu besar perjuangan petani sampai bertaruh nyawa hanya demi sesuap makan dan menyelamatkan tanamannya. Meskipun risikonya nyawa. Kami yakin kalau ada cara lain yang aman memberantas tikus, nggak mungkin akan pakai setrum. Inilah yang harusnya dipikirkan pemerintah dan dinas,” tukasnya. Wardoyo

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com